Paradigma Pendidikan
Paradigma lama dalam sistem pendidikan kita saat ini adalah adanya anggapan bahwa tujuan utama pendidikan adalah mengalihkan keseluruhan pengetahuan dari satu generasi kegenerasi berikutnya . Asumsi ini menyiratkan dua hal, yaitu
Apakah pemangku kebijakan di bidang pendidikan melupakan bahwa dunia senantiasa mengalami perubahan. Ratusan-ribuan tahun yang lalu, di era pertanian petanilah sosok sukses di jamannya. Di era industri, pekerja pabrik adalah juaranya. Jaman berubah, di era informasi, pekerja pengetahuan lah yang sukses. Lalu jaman ini, siapa juaranya ?
Tanyalah Jan Koum, seorang gelandangan yang berubah menjadi triliuner setelah menjual aplikasi Whatsapp seharga 19 Billion USD setara Rp 233 Triliun. Tanyalah Roy Plunkett atas penemuan Teflonnya, Robert Chesebrough yang super kaya dengan Vaselinenya, Joseph McVicker dengan mainan Play-Doh (malam)nya, Arthur Fry dengan Post-It Notes, Percy Spencer dengan Oven Microwavenya atau George De Mestral yang bahagia sampai tua dengan Velcro-nya. Jika mereka terasa sangat jauh, maka lihatlah BJ Habibie atau Prof. Khoirul Anwar sang penemu teknologi 4G.
Background mereka tidak ada yang sama. Kesamaan dari mereka semua adalah bahwa mereka adalah penemu hal-hal yang mampu mempermudah hidup manusia lainnya.
Sehingga merujuk pada Glenn Doman : "Belajar adalah permainan terbesar dan terasyik dalam hidup..."
Tradisi ilmiah bukan sekedar prestasi belajar
Prestasi belajar yang biasanya diukur secara kuantitatif melalui ujian, bukanlah indikator terbentuknya tradisi ilmiah. Tradisi ilmiah diukur melalui sikap seseorang terhadap pembelajaran, pengembangan intelektual berkesinambungan, penggunaan cara berpikir ilmiah dalam penyelesaian masalah, pembentukan keterampilan intelektual seperti bahasa oral dan tulisan, aktualisasi intelektual berkesinambungan dan dorongan berkarya yang konstan.
Sebanyak apapun yang diajarkan boleh jadi akan segera menjadi asing. Laju perubahan terus meningkat sehingga beradaptasi terhadap perubahan harus menjadi inti dari cara mengajar yang baru.
Pendidikan (sekolah) harus menemukan suatu cara untuk meningkatkan kemampuan siswanya dalam memilih secara tepat dan cepat dan yang benar-benar menjadi keinginan dan kebutuhan mereka sendiri. Siswa harus belajar bagaimana membuat berbagai keputusan dan melaksanakannya.
Pepatah Cina perlu dipertimbangkan : Tell me and i will forget, show me and i will remember, involve me tha i will understand.
Maka daur belajar dari pengalaman adalah berbuat (Do), raih pengalaman (experience), refleksi dan belajar (learn).
Pedoman Dasar
Pedoman dasar dalam mengembangkan pembelajaran berbasis pengalaman adalah :
Indikator kreativitas dalam perencanaan belajar jika guru menetapkan target berikut:
The mediocre teacher tells.
The good teacher explains.
The superior teacher demonstrates.
The great teacher inspires.
Repost dari http://sespimpolri.blogspot.com/
Paradigma lama dalam sistem pendidikan kita saat ini adalah adanya anggapan bahwa tujuan utama pendidikan adalah mengalihkan keseluruhan pengetahuan dari satu generasi kegenerasi berikutnya . Asumsi ini menyiratkan dua hal, yaitu
- Bahwa jumlah pengetahuan cukup sedikit untuk dikelola secara menyeluruh oleh system pendidikan
- Bahwa kecepatan perubahan yang terjadi dalam tata budaya atau masyarakat cukup lambat sehingga memungkinkan untuk menyimpan pengetahuan dalam kemasan tertentu serta menyampaikannya sebelum pengetahuan itu sendiri berubahan
Apakah pemangku kebijakan di bidang pendidikan melupakan bahwa dunia senantiasa mengalami perubahan. Ratusan-ribuan tahun yang lalu, di era pertanian petanilah sosok sukses di jamannya. Di era industri, pekerja pabrik adalah juaranya. Jaman berubah, di era informasi, pekerja pengetahuan lah yang sukses. Lalu jaman ini, siapa juaranya ?
Tanyalah Jan Koum, seorang gelandangan yang berubah menjadi triliuner setelah menjual aplikasi Whatsapp seharga 19 Billion USD setara Rp 233 Triliun. Tanyalah Roy Plunkett atas penemuan Teflonnya, Robert Chesebrough yang super kaya dengan Vaselinenya, Joseph McVicker dengan mainan Play-Doh (malam)nya, Arthur Fry dengan Post-It Notes, Percy Spencer dengan Oven Microwavenya atau George De Mestral yang bahagia sampai tua dengan Velcro-nya. Jika mereka terasa sangat jauh, maka lihatlah BJ Habibie atau Prof. Khoirul Anwar sang penemu teknologi 4G.
Background mereka tidak ada yang sama. Kesamaan dari mereka semua adalah bahwa mereka adalah penemu hal-hal yang mampu mempermudah hidup manusia lainnya.
Saat ini adalah era konseptual dimana para penemu/pencipta akan menemukan suksesnya.
Paradigma Baru Lemdik
Sekolah tidak boleh menjadi persiapan untuk hidup, tetapi "Sekolah harus menjadi kehidupan".
Dalam
pelatihan ESQ kita diajarkan bahwa manusia adalah makhluk holistik yang
mempunyai potensi fisik, akademik, sosial, emosional, potensi kreatif
dan potensi spiritual. Sehingga sekolah perlu mengakomodasi berbagai
potensi yang terlahir secara unik ini.
Jika
dalam paradigma lama, sekolah dijalankan terpisah dari dunia nyata
dimana perpaduan Kurikulum dan Pelayanan melalui Pembelajaran menjadi
Kecakapan yang akan digunakan siswa di dunia nyata/masyarakat. Maka
proses pembelajaran perlu mengalami perubahan menjadi pembelajaran di
masyarakat yang terarah sesuai kurikulum dan pelayanan yang dibutuhkan
siswa.
Tradisi ilmiah bukan sekedar prestasi belajar
Prestasi belajar yang biasanya diukur secara kuantitatif melalui ujian, bukanlah indikator terbentuknya tradisi ilmiah. Tradisi ilmiah diukur melalui sikap seseorang terhadap pembelajaran, pengembangan intelektual berkesinambungan, penggunaan cara berpikir ilmiah dalam penyelesaian masalah, pembentukan keterampilan intelektual seperti bahasa oral dan tulisan, aktualisasi intelektual berkesinambungan dan dorongan berkarya yang konstan.
Sebanyak apapun yang diajarkan boleh jadi akan segera menjadi asing. Laju perubahan terus meningkat sehingga beradaptasi terhadap perubahan harus menjadi inti dari cara mengajar yang baru.
Pendidikan (sekolah) harus menemukan suatu cara untuk meningkatkan kemampuan siswanya dalam memilih secara tepat dan cepat dan yang benar-benar menjadi keinginan dan kebutuhan mereka sendiri. Siswa harus belajar bagaimana membuat berbagai keputusan dan melaksanakannya.
Pepatah Cina perlu dipertimbangkan : Tell me and i will forget, show me and i will remember, involve me tha i will understand.
Maka daur belajar dari pengalaman adalah berbuat (Do), raih pengalaman (experience), refleksi dan belajar (learn).
Pedoman Dasar
Pedoman dasar dalam mengembangkan pembelajaran berbasis pengalaman adalah :
- Fun Learning dan Exciting Learning
- Exploring World, Dunia adalah kelas
- Penguasaan dan pendalaman ilmu
- Guru sebagai fasilitator dan motivator
- Student center
- Keputusan berdasarkan pilihan
- Learning by experience, kunci sukses belajar adalah dengan melakukan
Indikator kreativitas dalam perencanaan belajar jika guru menetapkan target berikut:
- Proses pembelajaran dirancang untuk membangun pengalaman belajar yang baru bagi siswa.
- Proses pembelajaran dirancang agar siswa memperoleh informasi terbaru.
- Proses belajar dirancang sehingga siswa dapat mengembangkan pikiran atau ide-ide baru.
- Proses belajar dapat mengasilkan produk belajar yang berbeda dari produk sebelumnya.
- Produk belajar diekspersikan dan dikomunikasi melalui media yang kreatif.
- Terbuka terhadap pengalaman baru.
- Memiliki kelenturan dalam sikap
- Kebebasan dalam ungkapan diri
- Menghargai fantasi
- Menunjukkan minat dalam kegiatan kreatif.
- Memiliki tingkat kepercayaan diri terhadap gagasan sendiri
The mediocre teacher tells.
The good teacher explains.
The superior teacher demonstrates.
The great teacher inspires.
Repost dari http://sespimpolri.blogspot.com/
ConversionConversion EmoticonEmoticon